Sejak kemarin kami janjian hendak minum teh sore hari pukul empat. Tempatnya di rumahku, di samping rumahku yang ada lapangan kecilnya. Aku sudah mempersiapkan tempatnya dengan menggelar tikar raksasa, meja tua yang kulapisi dengan taplak kecil, dan tentu saja hidangan.
Awalnya kelompok kami belum terbentuk. Kami biasa saja. Lalu saat pukul tiga, cepat-cepat aku mengeluarkan uang tabungan berupa logam yang banyak, lalu menghitungnya. Aku mengeluarkan uang sembilan ribu rupiah, dan itu cukup. Aku mencatat semua belanjaan jajanan dan kuberikan pada Aisha.
"Isah!" kataku. Aisha biasa kupanggil dengan sebutan Isah. "Beliin sana, gih! Cepet, keburu Mbak Putri dateng."
Aisha tanpa banyak caz-cuz langsung melesat ke warung terdekat. Aku pergi ke samping rumah yang sudah rapi dengan meja yang penuh dengan pernak-pernik hidangan. Ada juga cangkir-cangkiran mainan untuk teh yang sudah kucuci bersih, berjejer di atas baki/nampan putih yang kubeli di warung Bu Gimin. Ada juga teko-teko kecil berwarna kuning, tempat gula berwarna ungu, dan macam-macam. Ada beberapa set masakan lain.
Tidak lupa, aku juga menyediakan toples-toples asli berisi snack. Ada serena, oreo dari Bundanya Icha, dan krupuk pasaran berwarna pink dan kuning.
Sebelum shalat Ashar, ternyata Mbak Putri sudah tiba dengan kedua adiknya, Kamal dan Salsa yang unyu... hah! Mereka terlalu cepat datang. Biarlah, aku juga tidak sabar untuk memulai pestanya.
Icha sudah kuundang, tetapi belum datang.
Karena semua yang di sini belum shalat, kami pun shalat berjamaah. Wah, karena lelaki sendiri, Kamal menjadi imamnya. Kamal sempat menuding Ghazief, adikku yang masih bayi itu. Tetapi tentu saja Ghazief belum bisa meng-imami kami semua.
***
"SELAMAT MAKAAAAAANN!!!" seruku, seperti jeritan. Semua langsung membuka toples dan memakan semuanya. Kamal menyikat habis oreo dan jajanan. Lalu Salsa telah menumpahkan sekitar delapan cangkir teh (cangkir mainan ukuran kecil). Ghazief mempunyai kumis palsu dari cokelat dan berantakan. Aku sendiri menghabiskan serena. Aisha mengatur Ghazief dan Salsa, sementara Fathya asyik makan Mie Kremez rasa daging sapi.
Krek!
Kedengarannya seperti batu-batu kecil diinjak. Oleh siapa? Entahlah. Tetapi aku sedikit takut. Tidak mungkin itu ayah, karena ayah sedang pergi berjualan. Ibu juga bukan, karena kulihat dari pintu dapur, ibu sedang masak. Siapa itu? Mungkin Mbah Uti atau Mbah Sri? Mungkin saja.
Dari kolong mobil Espass, kulihat sepasang kaki kecil mengenakan sepatu ungu dengan pita merah jambu, sedang berjalan cepat menuju kesini. Kaki itu memakai stocking putih dengan gambar muka hello kitty. Lalu ada tongkat mayoret kebiruan mengikuti arah jalan kaki itu.
Melihat stocking putih, aku kenal dia. Dia satu-satunya yang kuketahui mempunyai pakaian seperti itu. Seperti dugaanku, wajah gembul muncul di samping mobil Espass, kulitnya cokelat tua terbakar sinar matahari, sepasang mata bulat besar menatap kami semua, dan ia memakai jilbab merah muda dengan hiasan bandana seperti kalung (aslinya memang kalung) dengan bandul hello kitty besar. Itu pasti Icha!
"Hehihehi..." tawa Icha.
"Ngagetin aja kamu! Enggak bilang 'assalamu'alaikum' kek..." tegurku.
"Iya deh, Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikum salam. Lepas sendal terus masuk sini," kata Aisha.
"Itu apa Icha?" tanya Mbak Putri.
Icha membawa sekotak susu cokelat bergambar Mickey Mouse dan Minnie Mouse. "Susu."
"Cieh! Kemarin gambarnya Elsa, sekarang Miki..." gerutuku sedikit iri.
"Biarin, dong! Terserah orang!" kata Icha. "Ngapain, sih?"
"Minum teh," jawab Fathya.
"Kasiaaaan deh, kamu... enggak kebagian makanan. Padahal tadi masih banyak banget. Tuh, di sini oreo dari bunda kamu, terus serena, krupuk, sama jajanan. Ada teh sama susu yang di bawa Mbak Putri juga!" kataku. Namun aku cukup sadar bahwa kata-kataku mungkin membuat Icha kecewa. "Tuh, masih ada Fullo sama Better kalau mau."
Icha cepat-cepat mengambil jatahnya, sebelum Kamal menyambar.
"Eh, aduh dek!" kata Mbak Putri. Mbak Putri mengaduh bukan karena Icha mengambil jajanan. Tetapi ia melihat Salsa menumpahkan teh yang kesekian kalinya. "Tuu... kan tumpah lagi. Wes, jangan minum teh lagi!"
***
"Cepet, Fi!" seru Mbak Putri.
"Iya! Iya!" kataku. Kami hendak membuat kelompok yang nantinya menjadi Angsa Farsa Ghasal.
Mbak Putri menuliskan semua nama lengkap kami. Lalu kami akan satukan.
"Anggraeni Putri A.
Seizza Rahdianny S. A.
Seizza Hafni Khafniy G. A.
Seizza Fathya Ainur Radiya R.
Rasyad Kamal Putra
Aisha Ramaniya Fitrijati
Ghazief Fadludhien Muhammad
Salsabila Ayu Ningrum"
"Masa nama grup kita jadi ASSRSAGS? Kan orang jadi ga mudeng.." keluh Mbak Putri. Tiba-tiba ia nyengir, seperti ada lampu menyala di atas kepalanya. "Aku tahu! Opo ngene wae..."
"Ag-S-A-Fa-R-Sa-Gha-Sal!" seru Mbak Putri kemudian. "Ini kita satuin lho... namane..."
Dan bla....bla...bla...bla...bla.... nah, terbentuklah nama grup kami. Kami juga sering mengadakan perkumpulan rahasia, dengan siapapun yang mau masuk ke dalam perkumpulan kami, harus menyebutkan kata sandi rahasia yang sebelumnya sudah diberitahukan kepada anggota untuk diingat. Yang lupa, tidak boleh masuk sampai ingat kembali. Yang tidak sering menghadiri perkumpulan, KELUAR alias Out!
by : Fia
No comments:
Post a Comment